Minggu, 22 Desember 2013

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN CAIR DAN STERIL

SOLUTIO ANTIKOAGULAN PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan solutio antikoagulan. Tujuan pada praktikum kali ini adalah agar mahasiswa dapat memehamai dan membuat Injeksi Solutio Antiokoagulan. Injeksi merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan kedalam kuit atau melalui kulit atau selaput lendir. Solutio atau larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut, sebagai pelarut digunakan air suing, kecuali dinyatakan lain. Untuk larutan steril yang diugnakan sebagai obat uar harus mmenuhi syarat yang tertera pada injectiones. Antikoagulasia adalah zat-zat yang mencegah pembekuan darah dan digunakan pada keadaan-keadaan dimana terdapat kecenderungan darah yang lebih kuat untuk membeku, misalnya pada thrombosis. Pada pembuatan larutan solutio antikoagulan, langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan pengecekan tonisitas larutan dalam formula, apakah akan menghasilkan larutan infuse isotonis atau tidak isotonis. Larutan harus dibuat isotonis karena nantinya akan berinteraksi langsung dengan darah. Jika hipertonis, dimana tekanan osmotiknya lebih besar dari tekanan darah makan dapat terjadi plasmolisis atau hilangnya kadar air dari sel darah, sehingga sel darah akan mengkerut. Jika larutan hipotonis, yaitu tekanan osmotiknya kurang dari tekanan darah maka akan terjadi hemolisis yaitu eritrosit akan pecah. Hal ini karena air akan masuk kedalam eritrosit dengan melewati membran semi permiabel sehingga terjadi peningkatan volume darah, dan jika berkelanjutan akan pecah. Pada pemberian secara intravena dalam volume yang kecil isotonis bukanlah syarat yang mutlak. Hal ini karena jumlah cairan tubuh jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah cairan yang dimasukkan, sehingga terjadi pengenceran yang cepat. Tetapi tidak demikian jika larutan intravena dalam volume besar tidak isotonis. Pengecekan isotonis larutan dilakukan dengan perhitungan menggunakan faktor dissosiasi. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa larutan solutio antikoagulan dalam formula bersifat hipotonis, sehingga perlu pengatasan agar sifatnya berubah dari hipotonis mejadi isotonis. Larutan yang hipotonis,tidak boleh dimasukkan ke dalam tubuh karena selain menyebabkan rasa sakit, juga dapat menimbulkan efek yang membahayakan, karena pada larutan hipotonis akan mengalami peristiwa osmose. Osmose merupakan peristiwa dimana terjadi aliran cairan dari tekanan rendah ke tekanan tinggi. Karena hipotonis mempunyai tekanan yang lebih rendah dari cairan tubuh, maka sel darah lama-kalamaan akan pecah kerana tidak mampu lagi menampung cairan yang masuk. Pecahnya sel darah merah dinamakan hemolisis. Peristiwa hemolisis bersifat irreversible yang artinya tidak dapat balik lagi seperti semula. Oleh karena itu sangat membayahakan jika sediaan parenteral yang dimasukkan ke dalam tubuh bersifat hipotonis. Untuk mengatasinya, maka perlu penambahan zat pengisotonis,tujuannya adalah untuk mencegah rasa nyeri yang ditimbulkan karena perbedaan tekanan osmosis antara larutan dan jaringan. Dalam praktik ini zat pengisotonis yang digunakan adalah Glukosa........... Karena glukosa yang dibutuhkan adalah .........sedangkan dalam formula hanya 2,5 g sehingga perlu ditambahkan ....g agar didapat sediaan yang isotonis. Dalam sediaan yang dibuat yaitu 100 ml karena injeksi merupakan sediaan perenteral yang bervolume besar yaitu 100 ml atau lebih. Selanjutnya adalah pembuatan aqua pro injeksi, atau air untuk injeksi. Volume larutan solutio antikoagulan yang akan dibuat adalah 100 ml, sedangkan pada pembuatan aqua pro injeksi dibuat sebanyak 150 ml. Hal tersebut bertujuan untuk mengantisipasi adanya penguapan selama larutan tersebut dididihkan. Aqua dididihkan dalam keadaan tertutup, supaya tidak terkena paparan kontaminan dari udara. Setelah mendidih 15 menit, sebanyak 1 ml H2O2 ditambahkan kedalam aqua yang sudah mendidih. Tujuan dari penambahan H2O2 adalah untuk menghilangkan CO2 yang ada dalam aquadest karena apabila ada CO2 dalam aquadest maka CO2 tersebut akan bereaksi dengan Na+ dari Na Citrat mmbentuk endapan Na2CO3 menurut reaksi: 2Na+ + CO2 à Na2CO3 Endapan Reaksi H2O2 dengan CO2; 2H2O2 + CO2 à CO3- + 2H2O Adanya karbonat akan menyebabkan kebasaan dan hemoglobin juga akan mengikat CO2. Penambahan H2O2 kemudian di didihkan kembali secara tertutup selama 15 menit. Kemudian diangkat, lalu didinginkan dalam keadaan tertutup, didalam baskom berisi air dingin, tujuannya adalah untuk mempercepat pendinginan. Aqua p.i terlebih dahulu dididihkan agar steril dan aseptis dari mikroorganisme seperti bakteri pyrogen. Selain itu juga berfungsi untuk melarutkan glukosa yang mempunyai sifat mudah larut dalam air panas. Setelah aqua pro injeksi dingin, aqua pro injeksi dituang sedikit kedalam beaker glass kecil, digunakan untuk melarutkan asam sitrat, natrium sitrat, dan glukosa hingga larut. Asam sitrat dan natrium sitrat berfungsi untuk membantu koagulansi darah ion sitrat dari asam sitrat dan natrium sitrat tribasilicum akan berikatan dengan ion Ca2+ membentuk Ca sitrat dalam darah, ini berfungsi untuk koagulansi darah. Karena tidak terdapat ion Ca2+, maka tidak terjadi penjendalan darah. setelah larut dilakukan pengecekan Ph larutan, untuk sediaan parenteral sebaiknya mempunyai pH yang mendekati pH fisiologis yang artinya isohidris dengan darah dan cairan tubuh lainnya. Isohidris yaitu keadaan dimana pH larutan sama dengan pH darah. Pada sediaan hasil praktikum, diperoleh Ph larutan yaitu 6. pH ini masuk ke dalam range pH Solutio Antikoagulan, yaitu 5-6. pH larutan yang menyimpang dari nilai pH darah harus perlu disesuaikan dengan range pH. Tujuan utama dari pengaturan pH dalam sediaan ini adalah untuk mempertinggi stabilitas obat, misalnya perubahan warna, efek terapi utama obat, menghindari kemungkinan terjadinya reaksi dari obat tersebut, sehingga obat tersebut memiliki aktivitas dan potensi. Selain itu untuk mencegah terjadinya rangsangan atau rasa sakit ketika disuntikkan. pH yang terlalu tinggi akan menyebabkan nekrosis jaringan, sedangkan pH yang terlalu rendah akan mengganggu kenyamanan dalam penggunaan obat, yaitu sakit jika disuntikkan. Selanjutnya, larutan tersebut ditambah dengan carbo adsorben yang sudah diaktifkan dengan pemanasan selama 5-10 menit, tujuannya adalah supaya kerjanya dalam menyerap partikel-partikel kasar ( menjernihkan ) dan pirogen dapat maksimal. Infus harus bebas pirogen karena dapat menyebabkan kenaikan suhu tubuh yang nyata, demam, sakit badan, kenaikan tekanan darah arteri, sekitar 1 jam setelah injeksi. Pirogen sering mencemari sediaan farmasi. Hingga saat ini substansi pirogenik yang diketahui paling aktif dan paling sering mencemari sediaan farmasi adalah endotoksin. Selain itu masih banyak lagi substansi pirogenik lainnya seperti bakteri, fungi, virus, dan lain-lain. Adapun beberapa sifat pirogen: 1. Termostabil, dapat dihilangkan hanya dengan pemanasan selama 4 jam pada 180oC 2. Larut dalam air, sehingga tidak dapat digunakan penyaring bakteri 3. Tidak terpengaruh oleh bakterisida biasa 4. Tidak menguap Karena sifat termostabil tersebut pada pemanasan yang rendah tidak dapat membunuh pirogen, maka untuk menghilangkan pirogen larutan ditambahkan dengan carbo adsorbens. Agar carbo adsorben bekerja lebih aktif, maka sebelum digunakan carbo adsorbens terlebih dahulu diaktifkan yaitu dengan cara dipanaskan diatas cawan untuk menghilangkan air yang mungkin diikatnya. Dengan demikian daya adsorbsi karbo adsorben akan meningkat. Setelah carbo adsorben larut, kemudian disaring menggunakan kertas saring hingga jernih. Kemudian disaring dengan kertas saring. Ada beberapa kerugian melakukan penyaringan, yaitu ada obat yang ikut tersaring. Setelah jernih, larutan dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 ml dengan cara disaring kemudian ditambahkan sisa aqua pro injeksi hingga tanda batas 100 ml. Pada praktikum kali ini, dilakukan 2 kali uji pemeriksaan larutan, yaitu sebelum dan sesudah sterilisasi. Tujuannya adalah sebagai pembanding antara hasil larutan, sebelum dan sesudah dilakukan sterilisasi. Pada hasil pengujian sebelum dilakukan sterilisasi , diperoleh Ph solutio antikoagulan yaitu pada Ph 6, tidak ditemukan kebocoran pada kemasan, ditemukan partikel asing, larutan ringer laktat yang dihasilkan jernih, serta memiliki volume 100 ml. Selanjutnya dilakukan proses sterilisasi. Metode sterilisasi yang digunakan adalah sterilisasi uap (panas basah) dengan menggunakan autoclave. Pada umumnya metode sterilisasi ini digunakan untuk sediaan farmasi dan bahan-bahan yang tahan terhadap pemanasan yang digunakan terhadap penembusan uap air, tetapi tidak timbul efek yang tidak dikehendaki akibat uap air tersebut. Sterilisasi uap air ini lebih efektif dibandingkan dengan sterilisasi panas kering. Bila ada uap air, bakteri akan dikoagulasi dan dirusak pada temperatur yang lebih rendah daripada tidak ada kelembaban. Sel bakteri dengan air besar umumnya lebih mudah dibunuh. Pada spora-spora yang kadar airnya relatif rendah maka akan sulit dihancurkan. Mekanisme penghancuran bakteri oleh uap air adalah karena terjadinya denaturasi dan koagulasi beberapa proten esensial organisme tersebut. Adanya uap air yang panas dalam sel mikroba menimbulkan kerusakan pada temperatur yang lebih rendah. Sedangkan untuk sterilisasi panas kering, kematian mikroba diakibatkan karena adanya sel mikroba mengalami dehidrasi diikuti dengan pembakaran pelan-pelan atau proses oksidasi. Sterilisasi larutan ringer laktat dilakukan dengan autoclave pada suhu 121oC selama 30 menit, dimana pada suhu tersebut selama 30 menit mikroba akan mati. Setelah proses sterilisasi selesai, tahap selanjutnya adalah dilakukan uji pemeriksaan terhadap larutan ringer laktat yang meliputi uji Ph, uji kebocoran, uji partike asing, uji kejernihan dan uji keseragaman bobot atau volume. 1. Uji pH Uji pH ini bertujuan unttuk mengetahui sifat ke asam-basaan dari sediaan injeksi solutio antikoagulan yang dibuat. Uji pH ini berkaitan dengan stabilitas obat dan keamanan dalam penggunaan. Hasil rata-rata dari 3x replikasi pH larutan yang didapat yaitu 6. Ini berarti memenuhi untuk pH sediaan parenteral yaitu antara 5 sampai 6 karena pH tersebut isohidris dengan nilai pH darah dan cairan tubuh lainnya. Isohidris yaitu keadaan dimana pH larutan sama dengan pH darah ataupun cairan tubuh. Namun jika dalam uji ini belum memenuhi persyaratan pH maka perlu dilakukan penyesuaian pH agar memenuhi syarat. Jika terlalu asam, maka bisa ditambah larutan NaOH 0,1 N. Dan jika terlalu basa dapat ditambah larutan HCl 0,1 N. Tujuan dari pengaturan pH ini adalah untuk meningkatkan stabilitas obat. Selain itu juga untuk mencegah adanya rangsangan atau rasa sakit sewaktu disuntikkan. Karena jika terlalu tinggi dapat menyebabkan nekrosis jaringan sedangkan jika terlalu rendah maka menyebabkan rasa sakit sewaktu disuntikkan. 2. Uji kebocoran Tujuan dilakukan uji kebocoran adalah untuk mengetahui apakaha ada kebocoran atau tidak pada kemasan. Uji kebocoran ini berkaitan dengan sterlilitas sediaan, dan volume sediaan. Uji ini dilakukan dengan membalikkan botol infus sehingga posisi tutup dibawah. Jika terdapat kebocoran, maka dapat berbahaya karena lewat lubang atau celah tersebut dapat menyebabkan masuknya mikroorganisme atau kontaminan lain yang berbahaya. Selain itu, isi infus juga dapat bocor keluar dan merusak penampilan kemasan. Dari hasil uji yang dilakukan, diketahui bahwa tidak ada kebocoran. 3. Uji partikel asing Tujuan dari uji partikel asing ini adalah agar mengetahui apakah ada partikel dalam larutan. Partikel asing tersebut merupakan partikel-partikel yang tidak larut yang dapat berasal dari larutan dan zat kimia yang terkandung, lingkungan, peralatan, personal, maupun dari wadah. Partikel asing tersebut dapat menyebabkan pembentukan granuloma patologis dalam organ vital tubuh. Untuk mengetahui keberadaan partikel asing dilakukan dengan menerawang sediaan pada sumber cahaya. Dari hasil uji ini didapat bahwa tidak terdapat partikel asing dalam injeksi. Jika terdapat partikel asing bisa terjadi karena sewaktu penyaringan masing ada partikel yang lolos dari saringan. 4. Uji kejernihan Tujuan dilakukan uji kejernihan ini adalah untuk mengetahui kejernihan dari larutan infus yang dibuat. Kejernihan adalah suatu batasan yang relatif, yang artinya sangat dipengaruhi oleh penilaian subjektif dari pengamat. Dari pemeriksaan yang dilakukan diperoleh bahwa larutan infus yang dibuat memenuhi syarat kejernihan. Syarat kejernihan yaitu sediaan larutan ( kecuali suspensi dan emulsi) adalah tidak ada zat yang terdispersi dalam larutan jernih. 5. Uji keseragaman bobot atau volume Tujuan dari uji keseragaman bobot atau volume adalah untuk mengetahui volume larutan infus apakah tetap atau berubah antara sebelum dan sesudah proses sterilisasi dan apakah ada penyusutan. Pengujian keseragaman volume berkaitan dengan uji kebocoran. Untuk injeksi dalam bentuk cairan, volume isi netto tiap wadah harus sedikit berlebih dari volume yang ditetapkan. Dari pengujian ini didapatkan hasil yaitu terdapat penyusutan. Sehingga dapat dikatakan tidak memenuhi keseragaman volume, yaitu 100 ml setelah sterilisasi volumenya menjadi ...... ml. Tabel Perbandingan uji evaluasi larutan ringer laktat sebelum dan sesudah dilakukan sterilisasi NO Uji Evaluasi sediaan Sebelum disterilisasi Sesudah disterilisasi 1 Uji Ph 6 6 2 Uji Kebocoran Tidak ditemui adanya kebocoran Tidak ditemui adanya kebocoran 3 Uji Partike Asing Ada Partikel Asing Ada Partikel asing 4 Uji Kejernihan Jernih Jernih 5 Uji Keseragaman volume 100 ml 100 ml Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pada sediaan larutan ringer laktat ditemui adanya partikel asing, salah satu faktor yang dapat mengakibatkan ada dan tidaknya partikel asing adalah pada saat proses penyaringan sewaktu penyaringan masing ada partikel yang lolos dari saringan. Partikel asing tersebut merupakan partikel-partikel yang tidak larut yang dapat berasal dari larutan dan zat kimia yang terkandung, lingkungan, peralatan, personal, maupun dari wadah. Adapun keuntungan dari sediaan parenteral : • Baik untuk obat yang dapat mengiritasi lambung jika secara peroral • Aksi obat cepat • Jaminan dosis dan kepatuhan Sedangkan kerugiannya: • Tidak praktis • Butuh alat khusus • Terasa sakit KESIMPULAN • Fungsi sediaan injeksi solutio antikoagulan adalah untuk mengisi cairan yang hilang setelah kehilangan darah atau kekurangan elektrolit • Pembuatan sediaan injeksi solutio antikoagulan harus steril bebas pirogen • Uji pH telah dipenuhi yaitu antara pH 5 sampai 7, pH dari infus ini adalah 6 • Pada uji kebocoran sediaan injeksi solutio antikoagulan dalam wadah diperoleh hasil wadah tidak bocor. • Uji kejernihan sediaan injeksi solutio antikoagulan memberikan hasil yang jernih. • Uji partikel asing diketahui adanya partikel asing yang terdapat sediaan injeksi solutio antikoagulan yang dibuat. • Uji keseragaman volume tidak didapat adanya penurunan volume sediaan yaitu dari sebelum dan setelah dilakukan sterilisasi. DAFTAR PUSTAKA • Anonim, 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Departemen Kesehatan Republik Indonesia • Agoes, Goeswien. 2009. Sediaan farmasi steril. Bandung: Penerbit ITB • Ansel, Howard C. 1989. Pengantar bentuk sediaan farmasi. Jakarta: UI Press • Rahmi,s. 2010. Injeksi solutio antikoagulan. //http:/injeksi-ringer-laktat.html diakses pada tanggal 30 November 2013 pukul 21:10 • Endro Nugroho, Agung. 2012. Farmakologi. Pustaka Pelajar. Jakarta • Rahardja, Kirana. 2007. Obat-Obat Penting. PT Elek Media Komputindo. Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar